Wednesday, June 01, 2011

Merakit Sensor Suara untuk High Speed Photography



Artikel ini saya turunkan sebagai sharing pengalaman, setelah melihat tanggapan dari beberapa rekan
member FN yang ingin mengetahui proses dalam pembuatan foto freeze action still life "ICEBREAK".

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya mempersilahkan rekan-rekan membaca terlebih dahulu artikel yang
sudah ditulis oleh mas Salahudin Damar Jaya, mengenai High Speed Photography (HSP).
Penting untuk dibaca, karena dari artikel ini akan kita ketahui secara konseptual/teoritikal mengenai HSP.
Terima kasih buat mas Jaya yg sudah share artikel tersebut.

Keterbatasan dari shutter speed dan juga shutter lag dari kamera yang kita gunakan dapat diakali dengan
memanfaatkan kecepatan dari flash yang mampu hingga lebih dari 1/10.000 detik, tergantung tingkat power yang
dimiliki oleh flash tersebut.
Flash yang dimaksud disini adalah flashlight eksternal, bukan built-in flash yang ada di kamera.
Namun teknik ini harus dilakukan di ruangan yang gelap karena kamera akan kita set shutter speednya secara
manual dan dengan waktu yang lama (lebih dari 5 detik atau sesuai kebutuhan/bulb).
Kamera akan menangkap gambar saat sensor diaktifkan oleh suara yang kemudian menyalakan flash.
Dengan demikian kamera film/digital tipe apapun yang aperture dan shutternya bisa diset manual, relatif dapat
digunakan.

Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pembuatan foto tersebut:

Skema Rangkaian Elektronik Sensor

Sensor merupakan bagian penting dalam HSP, dimana rangkaian inilah yang akan menangkap suara, kontak,
ataupun gerakan dan kemudian akan mengaktifkan komponen untuk mentrigger flash.
Banyak referensi yang menjelaskan teknis pembuatan sensor ini. Dari segi biaya, pembuatan sensor ini bisa
dibilang murah, karena komponen-komponen yang digunakan banyak diperoleh di toko komponen elektronika
dengan harga yang murah.
Berikut adalah referensi di internet yang saya gunakan sebagai acuan dalam pembuatan sensor suara :
http://photography-on-the.net/forum/showthread.php?t=143954

Komponen elektronik yang digunakan tidak banyak, relatif mudah dicari, dan murah. Total biaya yang
saya keluarkan kurang lebih Rp. 190ribu.
Dari total biaya tersebut, Rp. 140ribu adalah biaya buat ngisi bensin mobil... harap maklum, ketika lagi perjalanan
ke toko elektronika, jarum penunjuk Fuel sudah pengarah ke 'E'...

Pendek kata, harga komponen elektronik untuk membuat sensor suara ini, tidak lebih dari Rp. 50ribu!

Komponen-komponen yang dibutuhkan antara lain:
- Microphone (condenser)
- SCR tipe 2P4M (bisa juga digunakan tipe lain: C106D / BRY55 atau yang setara)
- Resistor 68Kohm, 5Kohm, VR 5Kohm
- Transistor NPN2222
- Batere 9V
- Kabel2 penghubung/jumper
- mini switch
- blank PCB board



Pembuatan Sensor

Untung saja tools jaman kuliah tempoe doeloe di t. elektro belum masuk tong sampah, jadi barang-barang seperti:
solder, project board pcb, tang, obeng, kabel2, serta multimeter masih dapat digunakan.


Sebelum dibuat/dipasang dalam PCB yang sebenarnya, rangkaian elektronik sensor dirangkai dulu pada
project board, agar gampang digonta ganti bila ada yang keliru penempatannya.
bagian yang dilingkari merah adalah sirkuit sensor yang dimaksud. Rangkaian yang ada di bagian
kiri/kanan nggak ada hubungannya. Bagi rekan-rekan yang mahir dalam bidang elektronika, tentu saja step ini dapat
dilewati, langsung saja dibuat/dipatri pada PCB.






Pengetesan Sensor

Rangkaian dicheck dengan multimeter pada terminal koneksi yang nantinya akan dihubungkan ke PC sync port,
ataupun terminal/pin pada flash yang dapat membuat flash menyala bila terminal/pin tersebut dalam keadaan
terhubung.
Rangkaian sudah bekerja dengan semestinya bila indikator nilai resistansi pada multimeter menunjukkan penurunan

bilamana suara keras diperdengarkan. Bisa dicoba dengan suara batuk, ataupun tepuk tangan.
Tingkat sensitivitas dari sensor terhadap suara, dapat diatur melalui VR 5Kohm.
Posisi multimeter kemudian bisa digantikan oleh flash, dengan menyambungkan kabel ke terminal PC sync port.

Sayang sekali saya tidak punya kabel PC sync, jadi saya menggunakan kabel apa adanya.

Dengan berfungsinya rangkaian, maka langkah selanjutnya adalah pematrian komponen-komponen tersebut
pada PCB. Perlu diperhatikan penempatan kutub positif/negatif dan juga kaki-kaki transistor,
jangan sampai keliru.


Agar lebih bagus dan ringkes, PCB bisa dipotong sekecil mungkin.




Sensor sudah bisa digunakan.
Bangku kecil dipersiapkan, sensor diset pada tempat yang sesuai dan tidak menghalangi kamera, flash diletakkan

pada posisi yang diinginkan, es diletakkan di tengah bangku, palu yang sudah diluluri bedak digenggam disiapkan.

Obyek es dipilih karena benda ini adalah benda solid yang gampang dipecahkan, gampang dibuat, dan aman
karena serpihannya akan mencair.
Letakkan kamera pada jarak yang cukup aman, lensa menggunakan 70-300mm agar bisa cukup jauh..
serem juga kalau percikan esnya mengenai lensa, atau salah mukul yang kena malah lensa dan bukan es-nya
Fokus diset pada es, kemudian lensa diswitch ke manual focus agar tidak berubah lagi.

Dari atas:





Dari samping:



Lampu dimatikan, kamera diset bulb, lalu shutter diaktifkan (secara remote bila memungkinkan).
Pada percobaan ini saya set kamera pada posisi remote, agar bisa dikontrol dari jauh.


Ambil posisi, perhatikan letak es, palu digenggam, pasang ancang-ancang, dan.... yak!!! pukulkan ke es!
suara keras yang terjadi akibat impact palu-es-bangku akan ditangkap oleh mic yang langsung mengaktifkan
SCR untuk mentriger flash.
Langsung saja shutter dilepas ( secara remote bila memungkinkan).
Hasilnya bisa langsung dilihat di LCD display kamera digital, atau langsung ditransfer ke komputer untuk
post process (curve/color adjustment/crop/whatever...)
Shot ini menggunakan Nikon D70, Sigma 70-300mm pada posisi f/11, ISO 400, bulb shutter.
Flashlight menggunakan Nikon SB-800, manual 1/32 power.



Shot ini dari angle yang lain, menggunakan Canon PowerShot A75, f/8, ISO50, 10 sec shutter.



Cobalah dengan obyek-obyek lainnya yang juga menghasilkan impact yang menarik untuk ditangkap, misalnya :
Balon ditusuk, lampu dipecahin, telor ditembak, muka digampar, lensa dibanting, kamera jatuh, dan sebagainya....
gunakan imajinasi rekan-rekan... pokoknya obyek/action yang menghasilkan suara yang dapat
ditangkap oleh sensor.

Mohon maaf bila ternyata ada keterangan yang kurang atau keliru. Sharing pengalaman ini semata-mata sejauh
pengetahuan yang saya miliki. Silahkan dikoreksi bilamana ada, apalagi saran-saran yang membangun.... dengan
senang hati menerimanya.

CATATAN
  • Rangkaian ini adalah sensor suara yang sederhana. Kualitas dan mutunya jangan dibandingkan dengan yang dijual dipasaran :)
  • Rangkaian sensor ini tidak peka untuk suara impact yang frekuensinya rendah. Dengan menggunakan active microphone tingkat kepekaan bisa ditingkatkan. Jauh/dekatnya letak microphone dari sumber suara impact mempengaruhi tingkat kepekaan.
  • Delay time tidak ada pada rangkaian sensor ini, sehingga flash akan menyala disaat suara impact itu terjadi. Efek yang lebih bagus bisa diperoleh dengan menggunakan delay time, artinya, flash baru akan menyala beberapa saat kemudian setelah suara terjadi (dalam ordo msec misalnya).
  • Impact yang menyebabkan suara keras beberapa kali, akan menyebabkan flash akan firing beberapa kali juga dan ini akan mempengaruhi hasil.
  • Menurut saya sirkuit sensor ini bisa dibikin lebih advance lagi, terutama dalam hal sensitivitas, delay timer, dan integrasi dengan sensor yang lain (gerakan / kontak ). Tantangan menarik bagi rekan-rekan yang mahir di elektronika.

Selamat mencoba dan nikmati hasilnya !
 
 
regards,
 
purwanto.nugroho


2006 Juni 29 12:56:31

From Fotografer.NET

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar yang anda sampaikan , sehingga dapat menambah wawasan saya sebagai penulis dan membuat blog ini semakin berguna banyak orang